MIRIP


Mirip seperti dulu. Ketika kami berbual tentang mimpi sebuah idealisme, di pinggiran kota Cairo yg temaram pada malam hari bersama Sahlab panas, Syisya Syammam, dan beberapa bongkahan tawa. Begitu bebasnya punya cita2 saat itu. Betul2 gratis!
Di sebuah pagi, di pusat kota Belitung, bersama secangkir kopi di warung Kong Dji, dan telur setengah matang, memikirkan sebuah idealisme baru. Tak sebebas tujuh tahun yang lalu. Tapi mirip seperti dulu. Hanya yang sekarang, tanpa bongkah tawa, lebih serius. Harus lebih berhati2 dalam bercita2.
Belitung, 110313
-pantai, kepiting, dan seribu satu list ada di sampingku-

Comments

Popular Posts