SIFAT














Senja hari. Kota Banjar diselimuti asap di awang2. Terasa mendung, tapi panas. Kami berbual tentang pergerakan dakwah di teras pak Ahmad. Tertutur sebuah kisah tentang kearifan dai Bangladesh, yang sifat sahabat telah menghiasi kehidupan dia. Wa yu'tsiruuna ala anfusihim walau kaana bihim khashashah. Ketika almarhum abuya berada di Bangladesh dalam rangka program dakwah. Ia sejamaah diundang makan oleh seorang dai Bangladesh yang sangat sederhana. Dijamu dengan makanan yang mewah 'bagi orang Bangladesh'. Bagi orang kita, biasa saja. Tapi disitu ada menu ikan. Jamaah pun dengan lahap memakan jamuan bil khusus ikan yang ada disitu. Selesai makan, jamaah pamit, pemilik rumah pun dengan tersenyum gembira menyalami seluruh jamaah. Jamaah balik ke masjid. Tak berapa lama, almarhum abuya baru terasa bahwa ada barang yang tertinggal di rumah dai Bangladesh tadi. Sorbannya tertinggal. Ia pun balik ke rumah tersebut. Sesampai disitu, ia meminta ijin kepada pemilik rumah untuk mengambil sorbannya tersebut. Ternyata.. almarhum abuya menitikkan air mata. Ia melihat anak2 si pemilik rumah tadi berebutan untuk menyeruput sisa2 ikan yang tinggal belulang itu dengan lahapnya. Mungkin mereka  menunggu sejak tadi untuk bisa melahap menu yang bagi mereka adalah mewah. Abuya balik ke masjid. Ia ceritakan apa yang baru saja ia saksikan. Seluruh jamaah pun menangis. Inilah sifat orang Bangladesh. Merasa kenyang jika melihat orang lain bahagia. Bagaimana dengan kita?
Banjarmasin, 260912

Comments

Popular Posts