Tadi aku bertemu dengan salah seorang kawan dari ratusan kawan yang sudah berbulan2 tidak ketemu, mending, malah ada yang sudah satu tahun tidak ketemu, padahal sama2 masih di Cairo. Kami ngobrol kesana kemari layaknya orang yang sudah lama tak ketemu. Ngobrol tentang persiapan ujian yang kurang matang, tentang calonnya yang kini entah, juga tentang buku biografinya. Aku kaget, semacam autobiografi gitu? tanyaku. Ia membenarkan dan bilang, "Kalo Nadine Candrawinata punya Pantaskah Aku Mengeluh, Habibie juga punya Detik-detik yang Menentukan, aku punya NAH (Napak tilAs Hidupku)!". Aku kembali bertanya, "Apa mau di launching juga?". Dia menjawab, "Nggak dulu, buat persiapan aja kalo nanti aku jadi orang besar". Huebat tenan !!, batinku. Orientasinya sejauh itu! Ngomong2 tentang biografi, aku jadi teringat dengan sobat lama, Syafi', dia paling rajin menulis detik2 peristiwa dalam hidupnya. Ia memang suka hal2 yang berbau sejarah, konon ia pernah mengkhatamkan kitab Al-Bidayah wan Nihayah 14 jilid karya Ibnu Katsir. Aku pernah usulkan sama dia supaya dia jadi sejarawan sekalian. Sekaligus meneruskan karya Ibnu Katsir tersebut. Kalau Ibnu Katsir menulis perjalanan sejarah dari awal permulaan alam sampai abad kedelapan Hijri, aku sarankan ke dia untuk mengarang kitab dengan judul Nihayatul Bidayah Wan Nihayah, dengan kronologi mulai abad ke delapan Hijriyah sampai sekarang. Entah dia anggap serius saranku atau tidak. Tapi katanya, dia sekarang sedang bingung mencari jalan untuk mendapatkan hidup yang lebih mapan. Bagian yang selalu harus ada. Wallahu a'lam.

Obrolan terakhir seputar topik tahunan mahasiswa Mesir, TeMus. Aku bilang ke kawan tadi, bahwa kemungkinan aku tidak ikut undian, soalnya (untuk sementara) tidak direstui oleh keluarga alias disuruh langsung balik selepas lulus. Dia bilang bahwa gaji temus sekarang dinaikkan jadi 50 dolar perharinya, sangat rugi kalau tidak ikut undian. Lalu kami mencoba menghitung totalan gaji selama 2 bulan tugas. Total 3000 dolar, setelah dipotong, jadi 2500 an lah. 25 juta! Jadi mikir2, uang sebanyak itu mau dibuat apa ya. Ehmmm...dunia....dunia...dunia!

Sambil menunggu azan maghrib, rileks di teras tengah masjid Azhar sambil memandang langit. Fwuuih! benar2 plong, ternyata Kairo bukan hanya hiruk pikuk Atabah dan pekik klakson 80 coret. Ternyata masih ada teras terbuka masjid Azhar dengan langit senjanya. Benar2 plong! Nggak percaya?... silahkan dicoba!

Comments

Popular Posts