Selamat ulang tahun, Nabiku!

31 Maret lusa bertepatan dengan kelahiran Nabiku, hari dimana Abu Lahab memerdekakan budak perempuannya saking meluapnya kegembiraan atas kelahiran keponakannya. Ia tak pernah tahu bahwa puluhan tahun kemudian akan turun surat Al-Lahab (tabbat yadaa abii lahab wa tabb). Sayang, andai saja ia mau mengimani kenabian Muhammad saat itu, tentu kedua tangannya takkan binasa. Tapi berkat sukacitanya atas kelahiran kanjeng Nabi, setiap hari kelahiran Nabi tiba (senin), Allah meringankan azabnya. Wa rahmatullahi wasi'at kulla syai'.

Momen itu sangat sayang untuk dilepas begitu saja. Aku teringat bahwa di ruwaq Ismail Shadiq Al-Adawy diadakan acara Mauludan sederhana, Hadhrah an dan pengajian Sirah Nabawiyah. Aku pun bergegas menuju kesana untuk ikut bergembira bersama orang2, menyambut tanggal kelahiran Nabi, seperti Abu Lahab saat itu (bukan puluhan tahun kemudian!). Lalu mampir ke masjid Hussein untuk ziarah cucu Nabi. Dan ternyata, suasana sungguh ramai. Ada karnaval thariqat shufiyah di jalan Al-Azhar yang memuara di pelataran masjid Hussein. Hampir semua thariqat shufiyah di Mesir mewakili dalam karnaval tersebut. Rombongan berbondong2 sambil membaca adzkar maupun madaih (pujian untuk Rasul) ala masing2, lengkap dengan panji2 yang setiap thariqah biasanya memilki warna tertentu, atau bendera2 dan spanduk, juga tasbih2 yang terjuntai selalu di tangannya, maupun atribut2 dan simbol2 yang lain. Semoga saja orang2 awam yang mengikuti kirab itu, tidak merasa wah lalu mencukupkan dirinya dengan atribut2 dan simbol2 tersebut. Kalau tidak, berarti mereka telah berusaha untuk keluar (tajarrud) dari simbol (kebendaan) untuk menuju simbol yang lain (keagamaan), padahal ada yang lebih penting dari sekedar simbol ('ardh) sebagaimana diajarkan oleh banyak mursyid dan murabbi, yaitu akhlak, yaitu hati, yaitu jiwa (jawhar).

Ada sebuah ayat yang terus terngiang di kepalaku sejak aku mencoba murajaah juz 4 yang menjadi bagian dari syarat kelulusanku. Aku mencoba untuk mentadabburinya, Laqad manna llaahu alal muminiina (KANJENG NABI ADALAH ANUGRAH DARI ALLAH) idz ba'atsa fiihim rasuulan min anfusihim (SIFAT PENYAYANG ALLAH NAMPAK DISINI, BAGAIMANA JIKA YANG DIUTUS BUKAN DARI KALANGAN MANUSIA, MALAIKAT MISALKAN) yatluu 'alaihim ayaatihi (KANJENG NABI ADALAH GURU BAGI AKAL) wa yuzakkiihim (KANJENG NABI ADALAH GURU BAGI JIWA) wa yu'allimuhumul kitaaba wal hikmata (GURU KEHIDUPAN DAN GURU KEBIJAKSANAAN) wa in kaanu min qabblu lafii dhalaalin mubiin (BELIAU ADALAH PELITA ATAS KEGELAPAN). Ali Imran : 164. Dan anugrah Allah itu berupa seorang GURU!

Selamat ulang tahun, Guruku!
ajari kami mengenal Allah,
ajari kami tentang kearifan.






















nb: ba'da maghrib aku ikut mendengar pengajiannya Dr. Umar Hasyim (mantan rektor univ Azhar) di masjid Hussein. Ternyata, ayat 164 Ali Imran itu digunakan sebagai dalil bahwa peringatan mawlud an bukanlah bid'ah. Aku baru tahu.

Comments

Popular Posts