Beberapa orang merasa enggan untuk mempelajari ilmu syar'i - dengan cara menelaah kembali kitab-kitab klasik (turats) Islam - dengan berbagai macam alasan. Mereka cenderung mencukupkan diri dengan mempelajari buku-buku kontemporer yang ditulis oleh ulama atau pemikir zaman sekarang. Padahal untuk memiliki keahlian (malakah) dalam mengolah hukum Islam, kitab-kitab turats tersebut sangat dibutuhkan. Bukankah kitab2 tersebut adalah referensi dari setiap pembahasan2 kajian keislamaan saat ini (mu'ashir). Tadi aku menjumpai salah satu dari mereka yang menganggap kembali ke turats adalah kembali ke kesaklekan (jumud). Andai saja mereka tahu urgensi menelaah kembali kitab2 turats Islam, tentu mereka takkan memandang sebelah mata. Memang bisa diakui bahwa beberapa kajian dalam kitab2 tersebut sudah out of date, tapi bukan berarti tidak perlu lagi ditelaah. Ngomong2 tentang turats, aku jadi teringat dengan Mahmud Syakir. Ia yang memperjuangkan keautentikan budaya arab Islam dari rongrongan para orientalis dan kroni2nya dari kalangan arab sendiri yang banyak melemparkan tuduhan atas keautentikan hasil karya budaya Islam. Dalam bukunya Risalah fit Thariq ila Thaqafatina (Risalah Panduan menuju Budaya Kita), ia mengungkapkan bahwa jalan yang ia tempuh untuk mengembalikan keauntetikan budaya arab Islam pada masanya tidak gampang, ia memulainya dengan sendiri, dengan cara mengabdikan dirinya 10 tahun untuk mempelajari kesusastraan arab, kemudian ia menelaah kitab2 tafsir, kemudian hadits, kemudian ilmu hadits, kemudian fiqh, kemudian ushul fiqh, kemudian sejarah, kemudian yang lainnya berkat anugerah yang diberikan-Nya. Berbagai kitab turats Islam telah ditahqiqnya. Ya, seperti itulah aku ingin menjadi. Memulai sendiri, menelaah ilmu2 klasik warisan Islam dari berbagai bidang. Sebab kitab2 turats itu adalah landasan awal (root) dari munculnya kajian2 kontemporer. Benar semuanya penting, tapi bukankah lebih baik kalau dimulai dari awal? Bagaimana mungkin aku teriak2 menyebut nama Hasan Hanafi, padahal sama Abu Hudzail Al-'Allaf saja tak kenal?

Comments

Popular Posts