Ramadlan Bulan Tarbiyah


Ramadlan Kairo kurang lengkap tanpa lampion 'fanus' sebagaimana lebaran di Indo belum komplit tanpa ketupat...



Bulan Ramadlan telah tiba. Bulan dimana rahmah Allah disebar, maghfirah-Nya dibagikan untuk orang-orang yang dengan ikhlas hati mencarinya. Di dalamnya, pintu neraka ditutup rapat, pintu surga dibuka mantap, syaitan-syaitan dibelenggu, dan para malaikat sejak awal Ramadlan hingga berakhir berseru, "Wahai para pencari kebaikan, sambutlah Ramadlan ! Wahai para pencari kerusakan, berhentilah dari perbuatan kalian!" seakan-akan mereka memberikan jalan bagi orang-orang yang ingin melakukan kebaikan dan menahan mereka dari jalan-jalan kesesatan.

Bulan Ramadlan adalah bulan tarbiyah (penggemblengan), dimana kita digembleng untuk menahan syahwat perut dan kemaluan, dilatih untuk ikut merasakan penderitaan orang-orang fakir, dilatih untuk menghargai setiap detik dari waktu yang dilalui. Dalam bulan ini, kita dianjurkan untuk mengisi malam-malamnya dengan qiyamul lail (shalat tarawih), mengisi pagi dan sore untuk bertasbih berdzikir mengasah hati, dan memperbanyak tadarus Al-Quran, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Maka, sungguh rugi andai saja ada sedetik waktu yang terlewati begitu saja tanpa kita isi dengan kegiatan yang positif. .

Mari sama-sama kita melihat bagaimana para salafus shaleh mengisi hari-harinya di bulan Ramadlan. Para shalafus shaleh menghabiskan masa Ramadlannya dengan ibadah yang full-time, dan tak pernah bersantai-santai didalamnya. Rasul SAW sendiri banyak bertadarus Al-Quran kepada Jibril AS pada bulan tersebut. Bahkan jika sudah masuk 10 hari terakhir, semangat ibadah beliau semakin menggebu. Aisyah RA pernah berkata bahwa jika sudah masuk hari yang sepuluh (akhir Ramadlan) Rasulullah SAW mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya (dengan amalan), serta membangunkan keluarganya (HR.Bukhari Muslim).

Utsman RA pada bulan tersebut mengkhatamkan Al-Qur'an setiap hari. Sebagian salafus shaleh mengkhatamkannya dalam 3 hari dan dibaca pada saat qiyamul lail, sebagian lagi mengkhatamkannya dalam 10 hari, dll. Imam Syafi'i sendiri setiap tiba bulan Ramadlan, beliau meliburkan kegiatan mengajarnya dan duduk i'tikaf di dalam masjid membaca Al-Quran setiap hari dua kali khatam, yaitu setiap pagi dan sore. Beliau menghabiskan waktunya didalam masjid tanpa meninggalkannya kecuali untuk hajat saja. Begitu juga yang dilakukan oleh Az-Zuhry (ahli hadits), beliau meninggalkan kegiatan periwayatan hadits dan menuntut ilmunya untuk sementara, supaya dapat menghabiskan waktunya untuk membaca Al-Quran.

Namun sayang, di tengah bulan yang berkah ini, ada beberapa orang yang terkecoh dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Aufa yang berbunyi, "Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya itu dzikir, doanya mustajab dan amalannya diterima". Dalam rantai sanad hadits tersebut terdapat perawi yang dhaif (lemah), yaitu Sulaiman An-Nakh'i Dan sungguh sayang, hadits yang masuk ke kategori hadits dhaif tersebut telah banyak dijadikan justifikasi oleh sebagian orang untuk menghabiskan hari-hari Ramadlannya dengan tidur bermalas-malas, tanpa mengisinya dengan kegiatan positif.

Namun, meskipun hadits tersebut dhaif, ada beberapa hadits lain yang semakna dengan hadits tersebut. Tetapi bukan berarti bahwa disitu ada penghalalan bagi orang yang berpuasa untuk mengisi hari Ramadlannya dengan tidur bermalas-malasan saja, sebab maksud dari 'tidurnya orang berpuasa itu ibadah' adalah jika tidurnya itu untuk mengistirahatkan badannya setelah banyak beribadah dan agar setelah bangun dapat melanjutkan ibadahnya lagi dengan fisik yang lebih fresh. Jadi, bukan sembarang tidur, yang bisa dianggap ibadah. Kalau tidurnya berlebihan sampai menyebabkan pusing ketika bangun dan menimbulkan kemalasan dalam beribadah, tentunya itu tidak bisa dikategorikan sebagai tidur yang beresensi ibadah.

Sebelum bulan suci ini berakhir, mari kita jadikan bulan suci ini sebagai ajang latihan (tarbiyah) menahan hawa nafsu, memanfaatkan waktu secara efisien, dan menumbuhkan kesadaran sosial, khususnya bagi para fakir miskin. Agar kita lebih siap melewati jalinan hari selepas Ramadlan dengan kegiatan-kegiatan positif sebagaimana yang telah digemblengkan oleh bulan suci ini selama sebulan penuh.

Wa billahit taufiiq


Penghujung Ramadlan, 20 October 2006

Comments

Popular Posts