Miniatur Mahsyar

Di sebuah ruas jalan di pasar Atabah, beribu orang lalu lalang mengikuti alur pikiran mereka sendiri-sendiri. Ada yang ke kanan ke kiri, tergesa-gesa mengejar harapan yang telah mereka tanamkan pada diri mereka. Ada juga yang termangu sendirian di tengah kesemrawutan bak pohon yang diterjang angin topan. Mungkin dia merasa telah penat pada rutinitas. Sedang aku, masih sibuk menghindar dari mobil-mobil tua yang terus mencekik jalan-jalan Cairo. Atabah sudah jadi miniatur 'padang mahsyar' sebelum hari kebangkitan. Bedanya, miniatur ini dipadati orang-orang hidup yang berteriak-teriak demi sesuap nasi bagi keluarga mereka. Sedang, padang mahsyar yang sesungguhnya dipadati orang-orang yang pernah mati dimana mereka hanya berteriak-teriak untuk dirinya sendiri. Tak lagi ingat pada anak, istri, maupun saudara. Namun di tengah kesemrawutan itu, hanya ada seorang yang tak ingat lagi pada dirinya dan memanggil-manggil, "Umatku..umatku..."

Cairo, 27 Agustus 2006

Comments

Popular Posts