Safar

Sore jingga, bersama gemeretak ombak, aku hampir menarik sauh. Berkendara kapal menembus angkuh badai di tengah maha luas lautan. Tampak para sahabatku mendekat dari kejauhan, dan bertanya,"Hendak kemana dikau, wahai kawan?".

Aku terdiam kemudian menjawab, "Daku ingin menjadi batu, seperti Malin Kundang di laut lepas sana". Mereka tertawa sebagian, apatis sebagian, dan terdiam sebagian. Yang terdiam pun diam-diam menghilang dan mengkhabarkan safarku pada Buya dan Bunda.

Kemudian Buya dan Bunda datang mengejar dan bertanya, "Hendak kemana wahai ananda?". "Daku ingin menjadi batu di laut lepas. Seperti Malin Kundang" jawabku. Bunda kaget dan berseloroh, "Apa dosa ananda hingga harus menjadi batu? Ananda bukan termasuk anak yang durhaka pada Bunda.."

"Daku ingin menjadi batu, seperti Malin Kundang. Tetapi bukan karena durhaka pada Bunda. Namun karena memang suatu saat pun daku kan membatu. Dunia adalah beban, yang haram dilarang, yang halal dipilah pilih, kesenangan dihindari. Daku punya impian dan angan. Impian, khayalan, angan adalah beban. Sedang beban adalah batu. Rasanya sebentar lagi daku kan membatu. Daku tak ingin membatu di daratan yang lapang, melainkan di debur ombak dan angin topan" seruku.

Bunda tersedak mendengarnya dan menangis, sebab bunda adalah rembulan yang hanya mengenal perasaan dan keindahan. Dan Buya tertawa, tawanya kasar dan tua. Tua renta oleh pengalaman hidupnya yang penuh dengan terik dan teruk. Seakan menyiratkan bahwa musafir bukanlah langka. Kemudian terdiam.

Sambil memegang pundakku, Buya berkata: "Ambil bekalmu, Nak ! Lepaslah sauh. Terjanglah lautan! Tembuslah badai topan, tapi bukan untuk menjadi batu. Meleburlah dengan alam, sebab alam adalah kebaikan. Alam adalah fitrah. Ia berzikir pagi petang tanpa keluh. Ikuti pedoman sang Surya. Tembuslah alam dan meleburlah di dalamnya".

Sauh kuangkat. Kapal beranjak berangkat. Suara isak semakin samar dan berubah menjadi celoteh camar. Aku pun berangkat.

Heleuane, 30 Juni 2006

Comments

Anonymous said…
Masya Allah.
Penuh beban berat membatu.
Tenggelam ke dasar paling dalam.
Perkataan yang berat terus menjunam ke relung dalam.
Menggugah hati membangkitkan rindu dan impian.
Semoga menjadi kuat bagai karang.

Popular Posts