Nyanyian Gelandangan




Bukan salahku terlahir sebagai seorang gelandangan. Bukan salahmu, bukan pula salah Tuhan. Aku tak pernah berharap untuk lahir dari rahim ibu yang fakir. Tidak pula membayangkan untuk lahir di tengah keluarga borjuis. Bahkan aku tak ingat, apa yang hendak kuinginkan sebelum aku lahir. Tiba-tiba saja aku telah terhempas di dunia yang gemerlap dan abrakanyah.

Lahir dengan segenap kepolosan, tanpa ambisi, tanpa keinginan. Dengan tangisanku yang entah apa maksudnya, bukan karena suka, bukan karena duka. Yang jelas, tiba-tiba saja aku ingin menangis saat lahir sebagaimana tiba-tiba aku terhempas di trotoar-trotoar kotor sepanjang jalan.

Dan aku tidak menyesal berada disini. Aku suka dengan udara kering yang kuhirup, makanan basi yang kudapat dari tong-tong sampah, juga uang recehan yang dilempar ke aku, terkadang dengan mimik apatis dan terkadang dengan dampratan gara-gara penampilanku terlalu menyinggung penglihatan mereka.

Aku sudah terbiasa berada disini, ditemani debu dan sejumput sepi yang memanggang. Aku lebih suka hidup papa seperti ini. Hidup hanya berbekal diriku sendiri tanpa harta apalagi kedudukan yang bikin gatal nafsu manusia. Paling tidak aku bisa benar-benar menikmati setiap inci dari hidupku tanpa terbebani untuk menjaga harta, karena memang tak kupunya. Tak terbebani pula oleh cantiknya kedudukan yang memfitnah manusia dengan kasar dan tanpa estetika.

Bagiku miskin dan kaya sama saja. Tak lebih dari hiasan kehidupan. Bagiku yang lebih baik adalah nilai kemanusiaan yang bisa kubawa hingga akhir kehidupan. Aku miskin dan aku manusia, sedang engkau kaya dan kaupun manusia. Kenapa kita harus berbeda? Aku akan terus berlari dan menikmati hidupku tanpa berpikir apakah aku bisa kaya. Kamupun harus berlari dan harus lebih kencang jika kamu takut miskin.

Kehidupan adalah air terjun. Kita bersama dalam satu arus, kemudian terpecah sesuai nasib saat terjun. Dan akan bersama lagi setelah jatuh di permukaan.

Sisi kehidupan, 15 Mei 2006
-karena kita sama-sama manusia-

Comments

Anonymous said…
fakir dan borju apakah satu antonym?

Popular Posts