Badai debu melanda Mesir

Sebelumnya saya sudah ngomong ke kawan saya, "Kok warnanya beda yah? antara langit selatan dan utara". Warna langit di selatan kuning sephia dan matahari secara keseluruhan tertutup awan.

Sekitar ba'da A
shr sudah mulai menggejala tanda-tanda datangnya topan bercampur debu yang lebat. Saat itu saya dan salah satu kawan baru keluar dari stasiun Wadi Hoff, dan jalan kaki balik ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, ternyata warna sephia itu semakin mendekat. Dan tiba-tiba, angin kencang dengan porsi debu yang pekat menerjang kami juga siapa saja yang berada di jalan.

Badai semakin kencang membuat nafas agak tersengal, dan mata tak kuat menahan debu. Pandangan matapun hanya radius sekitar 20 meter saat puncaknya, dan saya terjebak di dalamnya. Saking pekatnya debu, mobil-mobil pun harus menyalakan lampu depannya dan lampu-lampu mercury samping tiap ruas jalan yang harusnya hanya menyala saat gelap ikut menyala juga. Porsi debunya memang begitu pekat.



Mesir pada umumnya hari Sabtu (07/5) sedang disapu badai debu. Dan di beberapa wilayah ataupun daerah sempat turun hujan meski cuaca sebelumnya mencapai 36* Celcius. Fuuhh.. Tapi menurut prakiraan cuaca, Cairo (pada khususnya) mulai turun suhunya dari 36* C ke point yang lebih rendah dan bakal stabil hingga 5 hari ke depan.

Sejak zaman purba hingga zaman sekarang, manusia belum bisa menaklukkan alam. Secanggih apapun teknologi, kemampuannya hanya sebatas mengendus gejala alam tanpa mampu mencegahnya. Alam menasehati manusia bahwa mereka hanya sebutir debu yang di ombang-ambingkan kekuasaan Yang Maha Ada dalam sekejap saja.

Helwan, 7 Mei 2006

Comments

Popular Posts