Cairo International Book Fair 38th

Postingan ini sebenarnya memang terlambat. Tapi nggak apa-apa. Buat cerita dan bagi-bagi pengalaman saja.

Pagi jam sembilan, tanggal 29 Januari yang lalu, saya bergegas ke kamar mandi. Suhu masih sangat dingin, suasana luar rumah masih sepi, tapi saya sudah terikat janji dengan kawan-kawan Darmalak untuk berangkat ke ma'radh rame-rame. Sebelumnya saya juga sudah ngontak ke mereka untuk bertemu di stasiun metro (kereta bawah tanah) di Damardash. Saya berangkat tepat jam 9.15. Terlambat seperempat jam untuk sampai di stasiun Damardash.
Sesampai di Damardash, saya tunggu mereka. Pukul menunjukkan 10.25 tapi mereka belum terlihat juga datang. Saya tunggu sambil nyari Kusyari di samping stasiun, tapi nggak dapet. Maklom perut keroncongan. Yang ada disitu malah tho'miyah bil beidh.. akhirnya saya beli juga meski sebelumnya saya sangat anti dengan makanan tersebut, kecuali yang dijual di belakang masjid Azhar, disitu tho'miyah bil beidhnya lain. Jadi antara tho'miyah dengan telur langsung digoreng campur. Kalo sudah jadi, agak mirip dengan telor dadar. Disamping karena suasana warungnya juga yang khas arab mesir.. kumuh kumal tapi nyeni (antik).
Saya tunggu lagi mereka tapi nggak juga datang. Akhirnya saya menuju ke rumah mereka, barangkali mereka juga sudah menunggu lama tapi nggak ketemu saya akhirnya mereka balik lagi ke rumah. Sesampai di rumah mereka. Eeh.. ternyata mereka baru mau berangkat.. Kirain saya saja yang jamnya bisa molor. Tenyata saya punya saingan. Hehe.. Kami pun berangkat bersama ke ma'radh kitab ad-duwaly atau .. Cairo International Book Fair....
Pameran buku internasional yang diadakan di Kairo ini sudah mulai dbuka sejak tanggal 17 January 2006 dan akan ditutup tanggal 3 February 2006. Ma'radh yang sudah diadakan di Mesir sejak tahun1969 ini dibuka oleh Presiden Husni Mubarak pada hari awal pembukaannya. Dibanding tahun-tahun sebelumnya, ma'radh kitab yang ke 38 ini lebih banyak diramaikan oleh penerbit-penerbit. Jumlah penerbit yang ada saat ini ada sekitar 623 penerbit. Dan diikuti oleh 32 negara. 17 negara arab dan sisanya negara non arab termasuk Indonesia. Jadi kalau kita berandai-andai ingin keliling di seluruh saraya dan hal-hal (gedung yang dipenuhi blok-blok penerbit) dalam satu hari, itu sangat mustahil. Kecuali yang memiliki kelebihan dalam soal cara jalan, cara mengamati, dan tahan banting.

Program tahunan Mesir ini memang memiliki keistimewaan tersendiri bagi Mesir sendiri ataupun orang-orang asing. Apalagi bagi yang bergelut dengan urusan studi, baik pengajarnya maupun pelajarnya. Saking pentingnya agenda tahunan ini, supaya dapat dinikmati segala kalangan dan semua pejuru, pemerintah Mesir memberikan diskon hingga 50 % bagi orang-orang yang datang dari luar Kairo menggunakan kereta api. Bis-bis dan angkutan lainnya pun juga ramai memasang tulisan ma'radh di kaca depannya sebagai tanda bahwa trayeknya melewati ma'radh.

Tujuan para pengunjung pun juga macam-macam. Ada yang memang ingin mencari referensi, ada juga yang ingin memborong kitab-kitab yang diminati, ada yang ingin beli dan ngumpulin kitab-kitab buat koleksi... Haa..buat koleksi? (itu kan barangkali aja, hehe!) dan lain-lain. Paling banter ya jalan-jalan. Satu hal yang saya kagumi dari negara Mesir (entah yang lain..). Disini transformasi buku-buku benar-benar terasa. Jangan disangka kitab maupun buku yang lama itu tidak laku. Ternyata, peminat buku maupun kitab bekas pun juga banyak disini. Kios -kios buku bekas yang biasa disebut azbakea (nisbat kepada nama sebuah lokasi kios-kios buku bekas di Atabah) pun banyak berjejer di sebelah utara lokasi ma'radh. Dan jangan disangka yang beli itu cuman orang- orang yang lagi kena kanker (kantong kering). Sebab para khawwaja (orang asing) pun banyak juga berseliweran disitu, tentunya bukan untuk membeli buku-buku 1 LE yang ngemper di tanah. Melainkan lebh banyak tertuju ke kios-kios yang menjual buku-buku sastra bahasa perancis, english, dll. Ataupun buku- buku asing genre lain.
Disitulah letak kekaguman saya. Ternyata, buku yang sudah kumal lusuh pun akan berputar lagi di kios-kios azbakea. Saya sendiri termasuk salah satu dari ribuan orang yang menikmati azbakea. Makloom, kalo lagi krisis kayak gini memang azbakea jadi alternatif tersendiri. Tapi bagi saya sendiri, krisis nggak krisis azbakea tetap eksis. Sebab disitu kita akan banyak menjumpai karya-karya penulis lama yang mungkin bukunya sudah tak diterbitkan lagi diluar. Azbakea kadang murah meriah. Tapi tak jarang juga jual mahal dengan dalih buku tersebut sudah tak ada lagi diluar. Saya sempat dapet buku yang saya cari-cari sebelumnya, yaitu buku al-muntakhab fil adab araby 4 jilid, yang disusun oleh beberapa sastrawan mesir salah satunya Thaha Husein.

Sebelumnya saya cuman punya jilid pertama, sedang yang lain saya cari nggak ketemu-ketemu. Saya tanya ke penjualnya; "Kem kitaab dawwat?" Kebetulan saya juga tertarik sama buku Tarikh Adab Araby dengan penulis Ahmad Iskandar, jadi saya tunjuk kedua buku tersebut. Penjual itu menjawab; "85 geneih..dah 40 LE we dah 35 LE..". Ya khabar aswad, saya bilang ke penjualnya, "Ini kan kitab lama, kenapa kamu kasih harga mahal kayak gitu? Tapi sang penjual balik jawab, "Kamu tidak akan menjumpainya lagi di toko-toko luar sebab sudah tidak dicetak lagi. Buku ini sudah langka". Wah.. akhirnya saya tinggalkan kios itu sembari jalan-jalan dulu barangkali sang penjual mau ngasih harga rendah. Kadang saya sengaja lewat depan kios itu dengan harapan dipanggil ama penjualnya dan memberikan harga murah. Tapi, haha.. Ternyata saya yang kalah. Justru saya yang balik nawar kitab itu lagi alias saya yang lebih terlihat butuh daripada penjualnya. Setelah tawar-menawar lama akhirnya kami sepakat harga kedua kitab itu 60 LE. Yaa.. apa boleh dikata, buku lama dengan harga baru. Meski begitu, kitab itu memang penting bagi saya dan memang nggak akan ketemu lagi di toko buku luar, sebab sudah tidak naik cetak.

Jadi jangan dibilang kalo bekya (bekas) itu mesti murah. Kadang kalo kita nggak lihai nawar harganya bisa melebihi buku baru. Apalagi kalau buku-buku itu memang langka. Kalo anda kenal Farg Fawdah (pemikir mesir yang tewas ditembak sebab pemikirannya yang amat liberal), buku-bukunya yang dilarang terbit bisa didapat di kios-kios azbakea. Buku Falsafatul Majanin milik Said Barudy yang tidak saya dapatkan di toko-toko luar pun bisa didapati di azbakea. Cuman sayang, waktu itu penjualnya tidak bawa buku itu ke ma'radh dan saya disuruh datang ke kiosnya di Atabah, tapi kios itu belum ketemu sampai sekarang.

Cairo International Book Fair 38th .. memang sebuah agenda penting bagi para edukasional. Disamping, pameran buku, di perbagai sudut lokasi juga bisa ditemukan mukhayyam tsaqafi (tenda budaya) yang diramaikan dengan berbagai acara. Ada yang khusus menampilkan syi'ir, biasanya disebut ukadz syi'ry (nisbat ke pasar jaman jahiliyah yang juga digunakan untuk adu tanding sastra). Ada juga yang diisi dengan acara seminar dengan berbagai tema. Ada juga yang khusus menampilkan teather musikal, dll. Mukhayyam terakhir yang saya kunjungi menampilkan pertunjukan musik tradisional mesir yang dimainkan oleh firqah sya'biyah (folklore group) dari Fayyoum. Dengan memakai jalabiyah sejumlah personel itu saling adu memainkan alat musik masing-masing; Nay, 'Uud, Rebab, Thabl dan lain-lain. Lumayan agak padat, sebab saat itu hari terakhir sebelum penutupan ma'radh.

Gambar diatas terlihat salah satu dari kawan kami diwawancarai oleh chanel TV Arab saat mengunjungi ruang pameran buku Uni Emirat Arab

Cairo International Book Fair kini telah usai dan menyisakan kesan-kesan tersendiri bagi para pengunjungnya. Tentunya juga menyisakan sebuah harapan, harapan supaya ma'radh tahun depan bisa lebih semarak dan meriah.

Wadi Hoff, 18 Februari 2006

Comments

Anonymous said…
I am ready to help you, set questions. Together we can find the decision.

Popular Posts