Disrespect of Belief


Umat Islam semakin dibuat marah dengan adanya gambar karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Hampir semua negara Islam mengutuk kejadian tersebut. Mulai dari Saudi yang menuntut pemerintah Denmark untuk meminta maaf kepada umat Islam dan menindak pihak majalah "Jylland Posten" edisi terbitan Denmark yang mempublikasikannya. Aksi-aksi kontra pun semakin marak. Bahkan Palestina yang sekarang sedang dilanda peristiwa dilematis ini ikut melakukan aksi pembakaran bendera Denmark.

Meski semakin banyak aksi kontra terhadap pemerintah Denmark, pemerintah itu masih saja berlenggang kangkung tidak mau meminta maaf kepada umat Islam dan tidak juga menindak para pelakunya. Dengan dalih, hal itu merupakan bagian dari freedom of speech, kebebasan berbicara dan mengemukakan pendapat. Apalagi sebuah poling di Denmark menunjukkan sebanyak 79 % berpendapat Denmark tidak perlu memenuhi keinginan umat Islam untuk meminta maaf.

Sejauh manakah nyali pemerintah Denmark untuk tetap berlenggang kangkung tidak memnita maaf terhadap umat Islam? Kita lihat saja, suara umat Islam di dunia 1,3 milyar apakah kurang cukup untuk memecahkan gendang tlinga mereka. Aksi-aksi terus berlanjut, sampai-sampai pemerintah Libya menutup kedubesnya di Denmark. Dan sejumlah besar negara Islam berupaya untuk memboikot produk-produk Denmark untuk membuat pemerintah itu sadar dan jera.

Khalif tu'raf, begitu pepatah arab mengatakan. Afganistan yang dipimpin oleh Hamid Karazai memiliki pandngan yang berbeda dengan mayoritas umat Islam. Dia justru menyatakan cukup puas dengan pernyataan dan alasan Rasmussen perdana menteri Denmark atas kasus tersebut, bahwa pemernitah Denmark tidak bisa bertanggung jawab atas publikasi media yang independen seperti "Jylland Posten".

Kondisi umat Islam yang sedang carut marut dari berbagai segi ini memang bisa meledak jika disenggol dengan urusan-urusan yang menyangkut akidah dan keyakinan mereka. Yah.. Salut memang dan itu memang yang patut dilakukan, supaya pihak lain tidak mudah menghina dan mencerca akidah yang kita miliki ini dengan alasan apapun. Freedom of speech, tentunya ada batasannya juga, bukan sekedar asbun aja (asal bunyi). Yaitu harus memperhatikan etika dengan tidak menghina akidah dan keyakinan yang dimiliki pihak lain sebagaimana Seni yang juga harus memperhatikan unsur moral. Kalau sekedar asbun sih, himar-himar di lorong-lorong Cairo ini juga bisa.. Gitu kan?

Muqata'ah libadhaai'i dinmarkiyah difaa'an an habibinal mustafa SAW ...


Bukit Hoff, 31 January 2006


Kullu Sanah Wa Antum Tayyibin ( 1 Muharram 1427 H )
Wah nggak bisa liat kebo Kyai Slamet nih ...

Gambar-gambar karikatur majalah "Jylland Posten" ...
Kalo gambar tidak terlihat (down), klik link ini ...
http://yaumiyaat.multiply.com/photos/photo/1/1.jpg?

Comments

Popular Posts